Selasa, 24 Desember 2013

CONTOH LAPORAN FOCUS GROUP DISCUSSIONS (FGD)



I.                   Identitas Praktikan
No
Nama
Nim
Kelas
1
Gilang
F 1001000

2
Rizika Witri H
F 100110050

3
Ariska
F 100110076

4
Iman
F 1001100


II.                Nama Asisten
Nadia Kumalasari.
III.             Topik Obi
Go Green
IV.             Tujuan Obi
Untuk mengetahui perilaku peserta terhadap kegiatan Go Green
V.                Metode Obi
Focus Group Discussion (FGD)
VI.             Strategi Pencatatan
VII.          Lokasi Observasi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Lantai 3 ruang 3.4
VIII.       Waktu Observasi
Kamis, 4 desember 2013, jam 15.30 – 16.00 (±90 menit)
IX.             Landasan Teori
Kota adalah tempat untuk membentuk perilaku manusia. Perilaku terbentuk karena ada stimulus yang diterima dan kemudian direspons oleh manusia sesuai dengan makna yang didapatkan dari pengetahuan dan pengalaman. Jalan layang adalah contoh bagaimana perilaku terbentuk. Disini kita dapat melihat bahwa peraturan dapat digunakan untuk membentuk perilaku warga kota dimana ketika terinternalisasi dan terprogram dalam otak tanpa disadari perilakunya telah menjadi kebiasaan. Disamping itu, peraturan juga dapat membedakan perilaku yang baik dan yang tidak baik. Para ahli psikologi lingkungan menyatakan bahwa perilaku manusia pada hakekatnya mencerminkan proses interaksi individu sebagai makhluk hidup  dengan lingkungannya dan menurut para ahli perilaku, sikap, dan pola perilaku dapat dibentuk melalui proses konfirmasi dan pembiasaan lingkuangan. Seseorang dapat menciptakan atmosfer yang memanjakan sementara yang lainnya menciptakan nuansa mengancam. Oleh karena itu, jika kita ingin merubah warga kota berperilaku tertentu sebagaimana yang diinginkan, maka sebaran saja rasa takut sedemikian rupa sehingga atmosfer lingkungan membuat masyarakat merasa akan disakiti jiak mereka tidak bertindak seperti yang diinginkan, atau sebaliknya sehingga mereka senang untuk melakukan sesuatu seperti yang kita inginkan.sebuah contoh studi klasik yang sering dijadikan referensi tentang masyalah ketidaksesuaian budaya apartemen dan perilaku masyarakat adalah kasus kompleks Pruitt-Igoe di St. Louis, Amerika. Dibangun untuk warga berpenghasilan menengah-bawah dan terdiri dari 33 bangungan dengan ketinggian rata-rata 11 lantai serta 2.870 unit hunian untuk menampung 11.000 orang. Namun kemudian derah antar bangunan yang teduh dan hijau peralahan-lahan menjelma padang pasir dan banyak terjadi kriminalitas. Kehadiran apartemen-apartemen amu tidak mau berdampak pada lingkungan sekitarnya. Banyak apartemen dibangun dilingkungan kumuh sehingga membuat disintegrasi sosial yang akan menghilangkan ketahanan psikososial lingkungan.
Stresor lingkungan perkotaan yang dialami warga kota tidak ernah berdiri sendiri, melainkan selalu merupaka stresor gabungan yang datang bertubi-tubi. Misalnya kemacetan lalu lintas yang didalamnya termsuk kebisingan dan kesesakan sebagai stresor utama. Polusi udara timbul akibat kemacetan dan populasi jumlah kendaraan merupakan ambient stresor (stresor yang berhubungan dengan lingkungan) paling bahaya yang pasti ditemui disemua kota besar didunia terutama dinegara-negara berkembang, seperti Jakarta dengan tingkat polusi yang lebih tinggi akibat kurangnya kesadaran warga dan perhatian. Selain polusi udara, polusi berbahaya yang paling nyata lainnya terdapat pada sungai-sungai di Jakarta yang menjadi sumber air baku PAM. Semua sungai telah terkontaminasi berat baik oleh sampah, kotoran domestik tumah tangga, sampai kepada limbah beracun buangan industri yang semuanya masuk ke sungai-sungai. Pengetahuan warga kota kakn pengaruh polusi terhadap pola hidup juga masih sangat rendah. Banyak sekali warga yang tidak peduli bahwa polusi telah mengubah pola perilakunya sehari-hari, bahkan kemampuan kerja otak mereka, misalnya jarang sekali para pengendara sepeda motor di Jakarta yang tahu bahwa timbal yang ada pada bensin dapat mengakibatkan kanker otak. Penelitian medis pengaruh polusi terhadap kesehatan sudah demikian ekstensif, polusi dapat mempengaruhi perilaku sosial melalui efek fisiologis atau psikologis. Misalnya, asap rokok menurunkan kemampuan kognitif. Polusi juga menurunkan sensitivitas sosial dan aktivitas sosial karena orang menjadi cenderung malas keluar rumah dan melakukan rekreasi luar ruangan. Penelitian-penelitian laboratorium juga menunjukan bukti bahwa perubahan suasana hati dipercepat oleh polusi udara, termasuk dalamnya asap rokok. Bau badan yang menyengat dalam ruangan ruangan juag dapat menimbulkan stres. Banyak ilmuan yang telah membuktikan bahwa zat-zat kimia yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi orang-orang yang tidak merokok disekitarnya. Perokok pasif ini memiliki resiko penyakit kanker paru dan jantung koroner lebih besar dari pada si perokok aktif. Lebih dari itu, menghisap asap rokok memperburuk kondisi penderita angina (nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah pada jantung. Gejala-gejala gangguan kesehatan lain akibat asap rokok, misalnya iritasi mata, sait kepala, sakit tenggorokan, batuk, dan sesak napas.
Telah banyak penelitian mengenai reaksi psikologis terhadap jenis-jenis polusi, termasuk didalamnya limbah beracun dan lokasi tempat-tempat pembuangan sampah warga. Dimulai ketika warga mengidentifikasi diri mereka menjadi kelompok-kelompok yang sering kali mengalami stigmasasi oleh mereka yang tinggal diluar daerah polusi. Media massa juag sering kali mengidentifikasi sebuah lokasi dengan adanya pembuangan limbah (baik sampah domestik maupun limbah beracun) sehingga memberikan kesan negatif bagi warga yang tinggal didaerah tersebut. Kondisi seperti ini disamping secara fisik menjadi sumber penyakit yang hakekatnya juga adalah sebagai stresor, tetapi secara psikogis citra buruk sebuah daerah juga menciptakan tekanan sosial yang lain. Sampah adalah masalah klasik yang tak pernah tuntas, sampah juga menjadi salah satu penyebab banjir tahunan dikota besar Jakarta. Padhal banjir merupakan bencana alam yang merupakan stresor dan mengakibatkan trauma panjang bagi manusia. Ironisnya warga seakan sudah tidak lagi peduli dengan bahaya banjir dan segala macam penyakit yang menyertainya. Dalam situasi yang seperti ini, jangan kan mengharap kondisi mental mereka mampu berkembang dengan baik, bisa bertahan hidup saja sudah bagus. Ini juga salah satu bentuk keanehan warga yang tidak peduli dengan bahaya dan penyakit apatisme berkepanjangan yang akhirnya menciptakan komunitas warga sakit.
Perkembangan kota yang tak terkontrol dan melebar kemana-mana menimbulkan banyak masalah psikologis, terutama yang terkait dengan stres berkelanjutan dan keletihan kronis akibat perjalanan panjang setiap hari. Dampak negatif urban sprawl(melebarnya daerah pinggiran kota)  adalah :
1.                  Menurunnya kesehatan membuat warga sangat tergantung dengan kendaraan sehingga meningkatkan obesitas dan penyakit darah tinggi.
2.                  Kerusakan lingkungan, terutama meningkatnya polusi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil sehingga udara dipinggir kota menjadi kotor karena warga pinggir kota menyumang emisi karbon lebih besar dari pada warga kota.
3.                  Meningkatnya kemacetan dan resiko kecelakaan lalu lintas terutama bagi warga pinggir kota.
4.                  Menurunnya modal sosial karena menciptakan penghalang jarak untuk interaksi sosial dan cenderung menggantikan ruang-ruang terbuka publik dengan ruang-ruang komersil.
5.                  Berkurangnya kualitas serta kuantitias tanah dan air akibat pemakaian lahan yang besar seringkali menghilangkan lahan pertanian dan merusak ekosistemnya serta mengurangi daerah tangkapan air karena telah mengubah tanah menjadi perkerasan.
6.                  Meningkatnya biaya infrastruktur dimana jalan-jalan tol yang lebar terpaksa harus dibuat lengkap dengan penerangan, drainase, dan sarana parkir/transit.
7.                  Meningkatnya biaya transportasi karena warga pinggir kota mengahabiskan sebagian besar penghasilannya hanya untuk transportasi.
Perginya warga kelas menengah sebagai penggerak ekonomi kota menyebabkan capital flight, selain enciptakan segregasi dan stratifikasi kelas sosial (Halim, 2008).
Penanggulangan Sampah Perkotaan sebagai Objek Studi Psikologi Lingkungan. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolok ukur kualitas hidup masyarakat. Masyarakat yang telah mementingkan kebersihan lingkungan dipandang sebagai masyarakat yang kualitas hidupnya lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang belum mementingkan kebersihan. Salah satu aspek yang dapat dijadikan indikator kebersihan lingkungan kota adalah sampah. Bersih atau kotornya suatu lingkungan tercipta melalui tindakantindakan manusia dalam mengelola dan menanggulangi sampah yang mereka hasilkan. Perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab  terhadap sampah dapat menyebabkan munculnya
masalah dan kerusakan lingkungan. Bila perilaku  manusia semata-mata mengarah lebih pada kepentingan  pribadinya, dan kurang atau tidak mempertimbangkan kepentingan umum/kepentingan bersama, maka dapat diprediksi bahwa daya dukung lingkungan alam semakin terkuras habis dan akibatnya kerugian dan kerusakan lingkungan tak dapat dihindarkan lagi.
Oleh karena itu, sampah dan benda-benda buangan yang banyak terdapat di lingkungan kehidupan kita perlu ditanggapi secara serius dan perlu dicari cara yang tepat untuk menanggulanginya.Terkait dengan pendekatan Psikologi Lingkungan yang menganalisis perilaku manusia dengan aspek-aspek lingkungan sosiofisiknya, maka untu keperluan di atas psikologi lingkungan merupakan pendekatan yang paling tepat dalam menjelaskan dan menganalisis gejala hubungan/ keterkaitan antara manusia dan masalah lingkungan yang ditimbulkannya.Perilaku Kebersihan. Perilaku kebersihan yang diteliti adalah berupa rangkaian dari berbagai wujud perilaku/tindakan yang dilakukan orang terhadap sampah, mencakup perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan seperti tindakan mengotori lingkungan hingga tindakan-tindakan yang bertanggung jawab seperti tindakan-tindakan memelihara dan  membersihkan lingkungan. Hines, Hungerford dan Tomera (1986) melakukan meta analisis terhadap penelitian-penelitian yang berkenaan dengan perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, mendapatkan sejumlah variabel yang berasosiasi dengan perilaku yang dimaksud, yaitu pengetahuan tentang  issues, pengetahuan tentang strategi tindakan, locus of control, sikap, komitmen verbal dan rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang. Menurut model tersebut intensi untuk bertindak ditentukan oleh faktor-faktor internal pelaku. Di lain pihak, perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan selain ditentukan oleh faktor-faktor internal, juga tidak terlepas dari faktor situasional (faktor eksternal). Perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya tapi terbentuk melalui proses pembelajaran. Sebagai contoh, untuk menyapu jalanan diperlukan keterampilan menyapu dan pengetahuan tentang kebersihan. Pengetahuan tentang masalah lingkungan dan pengetahuan tentang berbagai tindakan yang tepat untuk mengatasinya menjadi salah satu prasyarat bagi perilaku bertanggungjawab. Memiliki pengetahuan dan kemampuan saja tidak cukup, perlu disertai hasrat atau keinginan untuk mewujudkan perbuatan yang dimaksud. Hasrat atau keinginan seseorang itu sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kepribadian, yaitu sikap, locus of controldan rasa tanggung jawab. Masih menurut model di atas, individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dan mempunyai sikap positif terhadap lingkungan serta terhadap perilaku prolingkungan, biasanya memiliki intensi untuk  mewujudkan tindakan-tindakan perilaku bertanggung jawab. Namun faktor-faktor situasional, seperti keadaan ekonomi, tekanan sosial dan peluang yang tersedia, dapat menghambat atau memperkuat kemungkinan munculnya perilaku yang dimaksud. Perilaku bertanggungjawab merupakan hasil dari transaksi terusmenerus antara faktor internal individu dengan faktor situasional. (Wibowo,2009:38)
Upaya yang dapat dilakukan untuk penyelamatan bumi adalah :
A. Hemat kertas
Gunakan kertas di kedua sisi dan gunakan kembali kertas bekas untuk keperluan lainnya. Kumpulkan kertas yang tidak terpakai dan berikan pada pemulung sebagai bahan daur ulang 1 ton kertas yang didaur ulang menyelamatkan 17 pohon, 20.000 liter air, dan energi yang setara dengan 1.000 liter.80% sampah perkantoran adalah kertas, dimana rata-rata penggunaan kertasnya sebanyak 10.000 lembar/orang/tahun. Manfaatkan teknologi (elektronika atau digital file) dalam hal surat menyurat dan pelaporan/arsip. Pilih isi ulang pulsa eloktronik bukan voucherisi ulang/gesek
B. Hemat energi
Perbanyak ventilasi untuk memperbanyak cahaya matahari dan udara yang masuk dalam rumah. Ventilasi (jendela) yang besar selain sehat dan murah, juga mengurangi pemakaian energi untuk lampu dan penyejuk ruangan. 50% penggunaan minyak bumi adalah transportasi, yang merupakan penyumbang terbesar pemanasan global. Gunakan BBM tanpa timbal
Periksan kendaraan setidaknya sebulan sekali dan periksa tekanan ban. Uji emisi kendaraan secara berkala untuk mendukung gerakan hemat energi dan ramah lingkungan. Matikan mesin mobil dan AC disaat mobil berhenti (parkir), selain tidak baik untuk kesehatan juga tidak hemat energi. Bersepedalah untuk jarak tempuh dekat. Bersepeda selama 4 hari dalam seminggu untuk jarak tempuh 12 km/hari akan menghemat 200 liter BBM/tahun. 63 Panduan Praktis Lingkungan Hidup Tingkatkan Takwa Melalui Kepedulian Lingkungan. Gunakan transportasi massal (kendaraan umum), seperti bus, kereta api, angkot, dan lain-lain.
·           Pergilah bersama dengan tujuan yang sama, juga hemat energi
·            Jalan kaki ke tempat yang dekat.
·           Gunakan lampu hemat energy CFL (Compact Fluorescent Lamp), hal ini akan menghemat 80% dan masa pakai 10x lebih lama dibandingan lampu biasa.
·           Matikan peralatan listrik yang tidak terpakai, seperti TV, AC, Computer, lampu, dan lain-lain. Membiarkan peralatan listrik dalam kondisi standby meningkatkan 10% tagihan listrik/bulan.
·           Menonton TV bersama keluarga juga hemat energi.
·           Atur suhu AC 24-25ᴼ C, setiap kenaikan suhu 1ᴼ C akan menghemat 5% tagihan listrik.
·           Rawat pelengkapan elektronik, misalnya membersihkan kompresor lemari es (kulkas) 2x per tahun akan menghemat listrik 30%.
·           Pilih alat listrik berkualitas baik dan tahan lama, serta rawatlah secara berkala. Sebaiknya pilih alat listrik yang menggunakan logo energy star, hemat energi, hemat biaya.
·           Makan bersama keluarga selain merekatkan hubungan keluarga, juga dapat menghemat energi karena tidak perlu memanas makan berulang kali, yang akan mengurangi pemakaian listrik, gas atau minyak tanah. (Asaad, dkk.2011 : 62 - 63)
Peningkatan pesat didalam energi pendorong sangat mengganggu remaja, namun remaja juga melihat bahwa persoalan hanya sebagian dari yang sesungguhnya. Masa remaja juga terganggu dan kacau lantaran konflik dan tuntutan sosial yang baru. Tugas utama remaja menurut Erikson adalah membangun pemahaman baru mengenai identitas ego- sebuah perasaan tentang siapa dirinya dan apa tempatnya di tatanan sosial yang lebih besar. Krisis ini merupakansalah satu dari krisis identitas versus kebingungan peran. Lebih-lebih ketika dorongan instingual tiba-tiba menyeruak lagi, makin memperkeruh pencarian remaja akan identitas dirinya. Selain itu, anak muda mulai khawatir akan tempat mereka dimasa depan, didunia sosial yang lebih besar. Para remaja, yang disatu sisi merasa kekuatan mentalnya berkembang cepat, namun disisi lain merasa takhluk oleh tawaran dan alternatif yang tak terhitung di hadapan mereka.
Karena, remaja merasa tidak begitu pasti dengan siapa dirinya, mereka [un sangat bersemangat untuk mengidentifikasi diri dengan “geng tertentu.” Mereka bisa “menjadi sangat nge-geng, tidak toleran, dan kejam waktu mengucilkan orang lain yang “berbeda” dari mereka. Remaja sering kali menunda komitmen apa pun karena kebutuhan batinnya untuk menghindari identitas yang terlalu mapan, sebuah perasaan terlalu prematur untuk menerima peran sosial yang terkotak-kotakan. Dan meskipun pencarian identitas yang berlarut-larut ini amat menyakitkan, namun akhirnya mereka sampai juga pada bentuk integrasi personal yang lebih tinggi dan inovasi sosial yang lebih sejati.
Tugas utama masa remaja, menemukan sejumlah cara hidup dimana kita bisa membuat komitmen permanen. Perjuangan ditahapan ini membawa mereka pada kekuatan ego baru dalam bentuk kesetiaan- sebuah kemampuan untuk mempertahankan loyalitas yang sudah dinanti sejak dulu (Crain, 2007).
Perkembangan intelek dan kepribadian. Intelegensi meliputo pengalaman dan kemampuan bertambahnya pengertian tingkah laku dengan pola-pola baru dan menggunakannya secara efektif. Seorang ahli psikologi  terkenal, William Stern, mengemukakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri  pada tuntutan baru yang dibantu dengan penggunaan fungsi berpikir. Kemampuan berpikir abstrak menyebabkan remaja menunjukkan perhatian besar terhadap kejadian dan peristiwa yang tidak konkret, seperti pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat, atau memilih pasangan hidup, yang sebenarnya masih jauh didepannya. Bagi remaja, corak hari kemudian maupun corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya. Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa  dengan keadaan bagaimana semestinya sesuai dengan alam pikirannya. Akhirnya, timbul perasaan tidak puas dan putus asa.
Perkembagan moral remaja akan dapat berjalan dengan lancar apabila ada rangsangan sosial yang bermacam-macam. Apabila kita mengamati tingkah laku manusia pada batasan umur tertentu, akan terlihat hal-hal seperti berikut :
·         Pada anak sekolah, tingkah lakunya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perbuatannya dikaitkan dengan ancaman hukuman bila terjadi pelanggaran dan dengan hadia bila mengikuti peraturan.
·         Pada anak yang meningkat remaja, ada keinginan untuk menjalankan peraturan yang berlaku dalam kelompok sebayanya atau kelompok sekitarnya.
·         Pada remaja, ada kecenderungan membentuk prinsip moral yang otonom, yaitu prinsip yang berlaku bagi mereka sendiri, walaupun tidak sesuai dengan prinsip kelompok maupun atasan.
Dalam perkembangan moral perlu adanya tingkat perkembangan intelek tertentu. Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa perkembangan moral erat bertalian dengan proses kemampuan menentukan suatu peran dalam pergaulan dan menjalankan peran tersebut. Kemampuan berperan memungkinkan individu menilai situasi sosial dari berbagai sudut pandangan (Yulia Singgih D. Gunarasa, Singgih D. Gunarasa, 2012).
X.                Data FGD
a.       Data interviu dalam FGD
a.       Pengertian global warming dan go green.
Secara keseluruhan subjek  A, B, C, D, E, F mengartikan global warming sebagai pemanasan global dan dampak dari global warming adalah kebocoran ozon yang dapat mengakibatkan efek-efek buruk bagi bumi. Cara untuk menanggulangi global warming adalah dengan cara reboisasi atau penanaman hutan kembali dan menurut subjek reboisasi dapat dikatakan sebagai bentuk go green. Menghemat daya listrik, mengurangi penggunaan bermotor, pemanfaatan tenaga surya, tidak merokok tidak selalu membuka lahan baru yang mengurangi penyerapan air dan pohon hijau dan semua itu sudah menurut subjek sudah merupakan bentuk dari go green. Menurut keseluruhan subjek go green adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan, menurut keseluruhan subjek go green dilakukan adalah karena untuk melindungi alam dari pemanasan global. Kebanyakan dari subjek sudah pernah melihat go green, kebanyakan gerakan go green dilakukan di area sekitar sumah seperrti reboisasi dan pada instansi pendidikan seperti sekolahan. Mennurut interview yang dilakukan terhadap keseluruhan subjek, subjek sudah melakukan go green namun pada dasarnya gerakan go green ini tidak maksimal, contohnya membuang sampah pada tempatnya dilakukan oleh semua subjek, namun ketika tempat sampah jauh atau tidak ada tempat sampah keseluruhan subjek menyatakan mereka membuang sembarangan atau tidak pada tempatnya. Dan mematikan alat elektronik yang menyambung dengan listrik ketika sudah tidak digunakan, tetapi kebanyakan subjek tidak melepas charger hp ketika mereka selesai menggunakan.
b.      Faktor penyebab diadakannya go green.
Dari hasil interview dapat disimpulkan bahwa kegiatan go green merupakan kegiatan guna melindungi bumi dari pemanasan global dan efek rumah kaca. Keseluruhan subjek menjawab penggunaan kertas dalam keseharian mereka adalah digunakan untuk menulis dan apabila sedang disekolah terkadang dijadikan mainan kemudian dibuang karena sudah tidak terpakai lagi. Kebanyakan subjek mengatakan sudah mengetahui bahan baku pembuatan kertaas. Keseluruhan subjek berpendapat bahwa cara untuk mengatasi penggunaan kertas sehingga tidak banyak pohon ditebang adalah dengan cara menggunakannya kembali atau dengan memanfaatkannya. Begitu pula dengan pemanfaatan air, dapat disimpulkan semua subjek sudah dapat menggunakan air secara bijak.
c.       Perilaku terhadap go green.
Dari hasil interview dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek melakukan pemborosan listrik dengan media charger hp, yang dikarenakan kurangnya pengetahuan subjek apabila charger hp tetap dipasangkan pada stop contact maka energi yang dikeluarkan tetap menyala dan terbuang dengan percuma. Dari hasil interview keseluruhan subjek menyatakan tidak mengajak oranag lain megikuti karena subjek masih takut kalau dimarahi oleh orang tersebut
d.      Dampak go green.
Dari hasil interview dapat disimpulkan bahwa dampak go green terhadap diri sendiri adalah dapat bernapas dengan lega karena banyak oksigen. Dampak go green terhadap lingkungan adalah lingkungannnya tidak rusak dan tetp asri. Dan go green itu merupakan hal yang positif untuk dilaukan karena go green tujuan utamanya adalah menyelamatkan bumi dari global warming.
b.      Deskripsi data hasil observasi selama FGD berlangsung
Secara keseluruhan peserta A di waktu pertama, belum menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh moderator. Tetapi setelah pertanyaan ke empat dan seterusnya, peserta menjawab pertanyaan serta menambahkan pendapat dari jawaban teman – temannya. Peserta lebih banyak memberikan pendapat baru setelah mendengarkan jawaban temannya, kemudian 2 kali membantah, dan terkadang menjadi urutan pertama yang menjawab pertanyaan dari moderator.
Secara keseluruhan peserta B pada waktu pertama memberikan pendapat baru setelah temannya memberikan jawaban. Peserta B lebih banyak memberikan pendapat baru. Melakukan 2 kali membantah, dan seuju dengan jawabn teman – temannya. Peserta B sering menjadi urutan kedua dalam menjawab atau memberi pendapat, dan sesekali memberikan pertanyaan yang ia belum pahami.
Secara keseluruhan, peserta C pada waktu pertama ia tidak menjawab maupun memberi pendapat baru. Peserta C lebih sering berpendapat sama dan setuju dengan teman – temannya. Hanya sesekali ia memberikan pendapat baru. Peserta ini tidak ada membantah jawaban dari teman – temannya. Peserta C lebih banyak diam dan senyum – senyum juga tertawa jika ada yang bercanda. Ia lebih sering menjawab dengan urutan terakhir dalam menjawab. Ketika di tanya sama moderator, ada beberapa yang ia tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Secara keseluruhan, peserta D di awal pertanyaan sudah memberikan pendapat baru. Peserta ini lebih banyak menjawab memberikan pendapat baru, dan terkadang setuju dengan teman – temannya. Ia juga banyak diam, dan tertawa jika ada yang bercanda. Ketika di tanya sama moderator, ada beberapa yang ia tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Secara keseluruhan peserta E di awal pertanyaan sudah menjawab pertanyaan dari moderator. Peserta E lebih banyak menjadi urutan pertama dalam menjawab pertanyaan dari moderator.peserta E juga lebih banyak memberikan pendapat baru dari perntayaan moderator maupun jawaban dari teman – temannya. Terkadang ia membantah jawaban dari teman – temannya. Peserta E juga melakukan bantah terhadap jawaban temennya yang tidak ia setujui. Terkadang peserta F juga bertanya kepada moderator tentang masalah yang tidak ia pahami.
Secara keseluruhan, peserta F di awal pertanyaan dari moderator ia sudah mberikan pendapat baru. Peserta F lebih banyaj memberikan pendapat baru di banding menjawab “sama” dengan jawaban temennya. Tapi ada beberapa jawaban temannya yang ia setujui.peserta F sering menjadi urutan pertama dalam menjawab. Sekali – sekali peserta F juga membantah jawaban temannya yang tidak ia setujui.

XI.             Analisis Data FGD
XII.          Kesimpulan
XIII.       Penutup


DAFTAR PUSTA
Halim, D. K. (2008). Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.
Wibowo, I.2009. Pola Perilaku Kebersihan:Studi Psikologi Lingkungan Tentang Penanggulangan Sampah Perkotaan.Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 13, No. 1 : 37-47
Asaad, dkk.2011.Tingkatan Taqwa Pada Melalui Kepedulian Lingkungan. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup Pengurus Besar Nahldatul Ulama
Crain, W. (2007). Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi (Ketiga ed.). (Y. Santoso, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yulia Singgih D. Gunarasa, Singgih D. Gunarasa. (2012). Psikologi Remaja (1 ed.). Jakarta: Penerbit Libri.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar